AMROZI CS SEBUAH TRAGEDI KEMANUSIAAN II

Jumat, 07 November 2008




Beberapa hari ini kita disuguhi berbagai peristiwa penting baik dalam negeri maupun luar negeri. Mulai dari pemilihan presiden AS, Pemilihan gubernur Jatim putaran ke II dan yang terakhir prosesi eksekusi amrozi cs yang akan segera berlangsung (atau mungkin sudah berlangsung).
Informasi tentang rencana eksekusi Trio Bom Bali ini seakan-akan menjadi sebuah berita yang lebih hebat dari semua isu yang sedang berkembang dewasa ini. Bagaimana cerita tentang Amrozi, Imam samudra, dan mukhlas ini dikuliti habis-habisan oleh berbagai media, mulai sejak kelahirannya, masa sekolah, kehidupan keluarganya, waktu jihad di afganistan sampai dengan harapan tulus seorang ibu yang terus berdoa dan berusaha walau harus meneteskan air mata darah demi buah hatinya.
Mampukah kita membayangkan bagaimana perasaan sang ibu ketika melihat anak-anaknya yang sejak lahir dibimbing, diasuh dengan kasih sayang dan hati yang ihklas harus meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Atau kita sendiri yang mengetahui akan datang malaikat maut menjemput kita dengan paksa, membayangkan dua belas pucuk senjata api dihadapan kita, yang kita tak pernah tau peluru siapa yang akan mengambil roh dari dalam tubuh kita ini. Kemudian kita bayangkan beberapa jam lagi kita akan bertemu malaikat yang sesungguhnya bersama dengan bidadari yang kita impi-impikan sejak lahir.
Mungkin kita boleh menganggap bahwa hukuman mati untuk Amrozi Cs ini setimpal atau bahkan belum cukup dengan apa yang sudah dilakukannya pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002 di Legian Kuta Bali, tak kurang dari 202 orang tewas dan mencederakan 209 yang lain, yang kebanyakan merupakan wisatawan asing. Peristiwa ini sering dianggap sebagai peristiwa terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.
Kita menyadari benar betapa ini adalah sebuah tragedy kemanusiaan yang tak seharusnya terjadi di negara ini. Pernahkah kita berpikir sebaliknya bagaimana Amrozi Cs ini tidak hanya sebagai pelaku melainkan korban dari sebuah system yang dia yakini sebagai jalan menuju kemuliaan hidup yaitu surga, yang harus ditebus dengan nyawanya sendiri. Ataukah memang ini adalah sebuah jalan yang benar-benar menjadi tujuan hidupnya. Sebuah ayat di dalam Al-Quran menjelaskan : “….barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.” QS 5:32.
Menjadi renungan kita bersama apakah Amrozi CS ini termasuk salah satu golongan diatas, yang memelihara kehidupan atau sebaliknya wallahualam bisshawab.